Ada seekor babi yang cukup gemuk badanya. Kakinya kuat. Pada mulutnya ada taring yang tajam dan panjang. Dialah yang menjadi raja di hutan di sana.
Babi ini sangat ditakuti oleh binatang-binatang lain. Tak ada seekor binatang pun yang berani melawannya. Anjing hutan tidak berani menantang. Bahkan singa yang terkenal buas pun tak sanggup mengalahkannya. Tidaklah heran, karena kekuatannya yang besar dan belum ada yang pernah mengalahkan dirinya, dan ia dinobatkan menjadi Raja Babi. Sombongnya bukan main.
Sewaktu Raja Babi berjalan melintasi kerumunan banyak binatang, dia berkata dengan lantangnya, " Ayo, siapa yang berani melawanku?"
Mendengar tantangan Raja Babi yang demikian, semua binatang yang ada di tempat itu semuanya diam. Semua takut, tidak ada yang berani berbicara sepatah kata pun. Dengan gayanya yang congkak, Raja Babi memperlihatkan kekuatannya kepada mereka semua dengan mendorong pohon mangga yang ada dihadapannya hingga tumbang, patah berantakan. Demikian juga dengan dahan pohon bambu, disambarnya jatuh tumbang. Tanah diseruduknya, habis bertebrangan. Raja Babi merasa tak ada lawan lagi yang sanggup menandingiya.
Pada saat seperti itu, datanglah Si Kancil di tempat tersebut. Raja Babi berkata, " Hai bintang kecil, darimana saja kamu ?"
"Dari jalan-jalan mencari udara segar!" jawab Si Kancil.
"Mengapa kamu tidak mengajak ku ?" tanya Raja Babi.
"Berjalan-jalan sendirian lebih enak, mengapa harus mengajak kamu!" jawab Si Kancil.
Mendengar ucapan Si Kancil itu, Raja Babi agak tersinggung. Ia tidak menyangka bila binatang kecil itu berani berkata-kata meremehkan dirinya. Padahal selama ini semua binatang dalam hutan itu selalu tunduk dan takut kepadanya.
"Apa katamu?" ucap Raja Babi dengan nada marah.
"Apakah kamu belum tahu bahwa aku ini raja hutan yang ditakuti oleh semua binatang disini, sehingga kamu berani berkata-kata tidak sopan seperti itu ?"
"Apakah kamu tidak takut kepadaku?"
"Siapa takut !" tukas Si Kancil.
"Mengapa aku harus kepadamu? Bukankah kekuatanmu biasa-biasa saja, seperti binatang-binatang lainnya?"
Ucapan Si Kancil yang demikian, semakin membuat telinga Raja Babi menjadi panas. Kemarahannya sudah tidak bisa dibendung lagi. "Dasar binatang kecil dan bodoh! Sudah saatnya aku sekarang ingin merasakan dagingmu yang lezat!" kata Raja Babi dengan muka marah.
"Baiklah bila kamu menginginkan dagingku ini. Tapi syaratnya kamu harus bisa mengalahkanku dalam pertandingan yang akan kita lakukan besok pagi di tempat ini juga," kata Si Kancil menantang.
"Besok kita bertanding menentukan mana yang lebih kuat antara kau dan aku. Bila kamu yang menang, silahkan saja kamu memakan dagingku. Akan tetapi bila aku yang menang ,maka kamu harus tunduk kepadaku dan mengakui bahwa akulah yang paling kuat di hutan ini.
"Bagus sekali usulmu itu binatang kecil!" sahut Raja Babi menyetujui tantangan Si Kancil. Semua binatang yang ada di tempat itu, kemudian pulang ke rumahnya masing-masing. Mereka akan kembali ke tempat itu besok pagi untuk melihat pertandingan antara Raja Babi dengan Si Kancil.
Benarkah kancil akan bertindak sebodoh itu. Tidak, ia berani menantang Raja Babi karena sudah punya gagasan. Dua hari yang lalu sang Kancil telah membuat topeng yang menyerupai dirinya. Bukan topeng sembarangan, bahanya terbuat dari kayu yang sangat keras. Dengan ketekunan dan kesabarannya, akhirnya selesai sudah ia membuat topeng. Topeng itu mirip sekali dengan wajahnya. Sehingga bila dipakai, Raja Babi akan sulit mengenalinya, apakah ia memakai topeng atau tidak. Malam itu kancil sengaja beristirahat untuk mengumpulkan kekuatan sambil memperhalus topengnya agat persis dengan wajahnya.
Setelah fajar menyingsing, semua binatang sudah mulai berkumpul di tempat pertandingan. Mereka semua ingin menyaksikan pertandingan yang sangat langka itu. Sorak- sorai pun segera bergema saat Raja Babi tiba di tempat itu terlebih dahulu. Tak lama kemudian Si Kancil pun juga telah tiba. Sekali lagi sorak sorak penonton membuat suasana kian semarak.
Hidup Raja Babi..........! Hidup Si Kancil .................! teriak penonton mengelu- elukan keduanya. Setelah diberi aba-aba oleh sang gajah, mulailah pertandingan itu. Raja Babi langsung menggeram dan menyambar Si Kancil dengan moncongnya. Si Kancil tidak berkelit, tapi dengan tenang menyambut sambaran Raja Babi.
Mula-mula Kancil terlempar beberapa depa oleh serudukan Si Raja Babi. Namun ia segera bangkit lagi menantang Si Raja Babi. Sementara Si Raja Babi merasa kesakitan yang amat sangat pada moncongnya tak disangka kepala kancil ternyata sangat keras.
Karena penasaran Raja Babi menyeruduk lagi. Kancil terlempar namun segera bangun dan menantangnya lagi. Lama-lama moncong Si Raja Babi lecet dan rusak di sana sini. Sementara Si Kancil tetap segar dan bangkit menantangnya lagi.
Raja Babi merasa moncongnya menjadi sakit sekali. Akhirnya ia tidak sanggup lagi meneruskan pertandingan. Sehingga Si Kancil dinobatkan sebagai pemenag dan Raja Babi harus mengakui bahwa Si Kancil lebih kuat dari dirinya.
SeLeSaI (tHe EnD)